Hampir pasti masyarakat Betawi mengenal siapa Si Pitung itu. Si Piting merupakan seorang pendekar yang hidup di zaman penjajahan Belanda. Ia dikenal sebagai pendekar yang baik hati dan pembela rakyat yang miskin terutama dari penindasan para kompeni dan tuan tanah serta pemilik toko yang bertindak sewenang-wenang.
Si Pitung berasal dari Rawa Belong. Ia merupakan pemuda yang saleh. Saban hari ia belajar mengaji sekaligus belajar pencak silat pada haji Naipin. Si Pitung sangat prihatin terhadap gaya hidup yang bertolak belakang saat itu. kelompok pertama yang terdiri dari kompeni (penjajah Belanda), para tauke (orang kaya), dan tuan tanah hidup dalam kemewahan dan bergelimangan harta. Sementara kelompok lainnya, yakni rakyat jelata hidup dalam penderitaan dan kemiskinan serta kelaparan.
Situasi yang tidak adil itu menggugah hati Si Pitung untuk melakukan sesuatu terhadap rakyat jelata. Ia dan kawan-kawannya , Rias dan Jii bertekat untuk membela dan membantu rakyat kecil. mereka pun merampok harta benda para tuan tanah, para tauke dan kompeni kemudian hasilnya dibagikan kepada rakyat yang miskin dan kelaparan dan tertindas serta orang yang membutuhkan. Beras mereka berikan kepada rakyat yang kelaparan, santunan mereka berikan kepada keluarga yang berhutang kepada rentenir, sedangkan kepada yatim piatu mereka memberi pakaian dan hadiah lainnya. Atas kebaikan mereka, rakyat pun sangat berterima kasih. Namun kompeni, tuan tanah dan tauke berang dengan perbuatan Si Pitung dan kawan-kawannya.
Tindakan kekerasan akhirnya menjadi pamungkas kompeni, tuan tanah dan para tauke untuk menangkap Si Pitung dan kawan-kawannya. Mereka menyandra orangtua dan haji Naipin. Namun keluarga Si Pitung tetap bungkam mengenai keberadaan dan rahasia kekebalan Si Pitung.
Akhirnya, dengan tipu muslihat dan cara licik keberadaan Si Pitung dan rahasia kekebalannya mereka ketahui juga. Mereka pun dengan segera menyergap dan menangkap Si Pitung dan kawan-kawan. Si Pitung dan kawan-kawan meladeni mereka dengan memberi perlawanan. Tetapi apa mau dikata, rahasia kekebalan sudah mereka ketahui. Mereka melempari Si pitung dengan telur-telur busuk membuatnya tidak kebal lagi. Tubuh Si Pitung pun dihujani peluru sehingga akhirnya gugur. Tamatlah riwayat perjuangan Si Pitung membela kaum tertindas. Hingga kini perjuangan Si Pitung masih dikenang oleh masyarakat Betawi.***
___________________________________________________________________________________
Pesan moral :
Janganlah kita mengambil apa yang menjadi milik orang lain dan menindas orang yang lemah. Kita perlu berempati dengan mereka yang kekurangan
____________________________________________________________________________________________________________________
Diceritakan oleh -Niko D. Budiman
-Mariyati
Ditulis ulang oleh Pangeran Linglung Dua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar